"WELCOME to MUCHLIS's MARKATEGIC"... HAVING FUN ...

Rabu, 23 Juni 2010

ANALISIS PEMASARAN MIE INSTANT PT INDOFOOD

BAB I
PENDAHULUAN
Dunia usaha, baik produksi maupun jasa selalu dihadapkan dengan
persaingan. Untuk mengatasi persaingan, perusahaan menempuh berbagai cara
dan strategi untuk menyampaikan hasil produksinya dengan cepat, tepat, cermat,
hemat dan memuaskan ke tangan konsumen. Strategi pemasaran juga disesuaikan
dengan kemampuan dana perusahaan melalui bauran pemasaran yaitu faktor
produk, harga, distribusi dan promosi. Kegiatan pemasaran harus dilakukan sesuai
dengan tujuan perusahaan memperoleh keuntungan yaitu dengan mengadakan
kegiatan promosi yang terarah, terncana dan terpadu. Kegiatan promosi harus
sejalan dengan rencana pemasaran yang diarahkan dan dikendalikan untuk
mengembangkan laju perusahaan.
Promosi yang tidak terkendali akan menurunkan tingkat penjualan,
sehingga biaya yang dikeluarkan untuk promosi merupakan pemborosan,
4sedangkan saluran distribusi dipakai oleh semua perusahaan untuk memproduksi
barang dengan kualitas yang baik, namun banyak pula yang gagal memenuhi
target pasarnya. Keadaan ini disebabkan oleh kebijakan distribusi yang kurang
tepat sehingga barang yang dihasilkan kurang laku dipasar dan menyebabkan
banyak konsumen merasa kurang puas. Dengan demikian, saluran distribusi
memeliki peranan penting bagi kelangsungan hidup dan tumbuh perusahaan.
Seorang ibu rumah tangga yang ikut bekerja untuk membantu suami akan
mengakibatkan berkurangnya waktu yang tersedia untuk menyiapkan kebutuhan
keluarga. Hal ini bukan dianggap suatu kendala bagi suatu rumah tangga karena
dengan semakin banyaknya anggota yang bekerja di luar, maka tingkat
pendapatan keluarga pun akan turut meningkat. Kebutuhan-kebutuhan yang
muncul, seperti kebutuhan konsumsi yang semakin tinggi dikarenakan
keterbatasan waktu untuk keluarga tersebut tetap dapat dipenuhi oleh keluarga
tersebut. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi gaya atau cara konsumsi
dari suatu keluarga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Pergeseran pola konsumsi masyarakat ini ternyata berdampak positif
terhadap industri makanan instan, terutama industri mie instan. Salah satu
produsen mie instan terbesar di Indonesia saat ini adalah Indofood. Perusahaan ini
menguasai hampir 80 % dari produksi mie instan di Indonesia. Tidak dapat
dipungkiri, mie memang sudah menjadi bagian penting dalam pola makan rumah
tangga, tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Peran mie memang
luwes, tidak hanya sebagai pangan pokok, tetapi dapat pula berperan sebagai lauk-
pauk sehingga sering dijumpai masyarakat yang makan nasi dengan lauk mie
goreng atau mie kuah.
Semakin banyaknya jenis maupun merek mie instan yang beredar di pasar,
maka keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk
saja, tetapi sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi
mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen, sehingga dapat
diketahui dengan jelas kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut sesuai dengan
karakteristik dari masing-masing segmen. PT. Indofood Sukses Makmur bergerak
di bidang usaha industri pengolahan makanan yang hampir seluruh produknya
5menguasai pasar di Indonesia. Produk yang dihasilkan termasuk miee instant
(Indomie, Sarimi, Supermi, Cup Noodles, Pop Mie, Intermie, Sakura). Indofood
merupakan produsen mie instant terbesar dengan kapasitas produksi 13 milyar
bungkus per tahun. Selain itu Indofood juga mempunyai jaringan distribusi
terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006),
perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu
peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu
penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek
yang cukup baik bagi industri mie instan ini pada masa yang akan datang.
PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu dan kepuasan pelanggan sebagai
basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu
keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan oleh produsen karena
kebutuhan ini akan senantiasa berubah. Perkembangan produk mie instan yang
sudah dianggap sebagai makanan cepat saji dan bahkan sebagai makanan pokok,
menyebabkan tingkat persaingan pada industri mie instan ini semakin tinggi.
Perusahaan yang dijadikan kasus penelitian ini diperoleh melalui internet,
yaitu PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Produk-produk Indofood dinikmati
setiap hari pada setiap siklus kehidupan seperti makanan untuk anak-anak,
makanan untuk masa pertumbuhan di usia sekolah hingga masa remaja dan
menginjak usia dewasa serta makanan keceriaan dalam kehidupan. Adapun tujuan
penulisan makalah ini untuk menelaah dan menganalisis pengaruh biaya promosi
dan biaya distribusi terhadap penjualan yang dilakukan pada PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk.
6BAB II
PEMBAHASAN
Tingkat persaingan yang tinggi ini dapat menyebabkan pergeseran
loyalitas konsumen mie instan produk indofood kepada mie instan produk yang
lain. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk senantiasa melakukan riset
pemasaran yang dilakukan terhadap konsumen, sehingga dapat diketahui
kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk mie. Tingginya pangsa
pasar mie instant mengharuskan perusahaan-perusahaan yang ada untuk berhati-
hati, sehingga perusahaan dituntut harus selalu mengevaluasi dan mematangkan
strategi pemasaran yang dijalankannya.
Perusahaan ingin mengetahui bagaimana proses keputusan pembelian mie
instan, agar menghasilkan analisis pemasaran yang cermat sehingga perusahaan
tidak dirugikan karena terjadinya kekeliruan dalam melakukan kegiatan
pemasaran. Oleh karena itu, perlu diketahui respon konsumen terhadap produk
miee instan tersebut. Untuk dapat menentukan respon konsumen, terlebih dahulu
7perlu diidentifikasi faktor-faktor dalam proses keputusan. Mengetahui faktor-
faktor tersebut akan memudahkan perusahaan dalam mengambil langkah dalam
kegiatan pemasaran yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui tingkat
kepuasan dari konsumen mie instan terhadap kegiatan pemasaran yang telah
dilakukan perusahaan.
PASAR mi instan di Indonesia memang menggiurkan. Ketergantungan
masyarakat Indonesia terhadap mi cepat saji ini cukup besar. Tidak heran jika dari
waktu ke waktu banyak perusahaan baru melirik pasar mi instan.
Meski demikian, hingga saat ini Indomie yang diproduksi PT Indofood
Sukses Makmur Tbk masih menguasai pasar. Dominasinya begitu kuat walaupun
sudah terjadi pergeseran. Jika 2002 Indomie menguasai sekitar 90% pangsa pasar
mi instan, tahun lalu menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merek
mi instan lainnya.
Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul Mie
Sedap milik PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok Wings.
Meski produk ini baru diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan di
Pulau Jawa dan Bali, namun namanya sudah mulai diperbincangkan di kalangan
pembeli di warung-warung, bahkan pasarh swalayan.
Pakar pemasaran Rhenald Kasali mengatakan, manajemen Indomie harus
meningkatkan kewaspadaan karena Mie Sedap melakukan promosi sangat agresif.
‘’Gebrakannya luar biasa, harganya pun di bawah Indomie, ditambah keunggulan-
keunggulan lain. Saya rasa persaingan pasar mi instan akan semakin ketat,'’
katanya ketika dihubungi Media di Jakarta, baru-baru ini. Ketatnya persaingan
produk mi instan disadari benar oleh manajemen PT Indofood. Sumber yang tidak
mau disebut namanya mengakui bahwa saat ini penguasaan Indofood terhadap
pasar mi instan menurun dari 90% menjadi 75%. ‘’Tapi kami tidak diam saja.
Saat ini sedang disusun strategi baru,'’ katanya.
Dalam siaran persnya, Dirut & CEO Indofood Eva Riyanti Hutapea
mengatakan, meski terjadi penurunan penguasaan pasar, namun divisi mi instan
tetap dapat meraih kenaikan penjualan sebesar 6,6% menjadi Rp4,5 triliun
dibanding Rp4,2 triliun pada periode yang sama 2002. Kenaikan itu antara lain
8dipengaruhi lebih tingginya harga jual rata-rata. Selain itu, hingga saat ini divisi
mi instan tetap dapat mempertahankan volume penjualannya sebesar 7,3 miliar
bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan
strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain
fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale,
scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and
cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya
dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin.
Berbicara tentang pangsa pasar mi instan, Manager Promosi PT Sayap
Mas Utama Rudy Bonardy mengakui bahwa dominasi Indofood masih sangat
kuat. Meski demikian, Rudy optimistis produk Mie Sedap bisa mengambil bagian.
‘’Di Indonesia bisnis mi instan sangat menjanjikan. Mie Sedap diluncurkan Mei
2003 dan baru mengeluarkan empat varian. Untuk sementara distribusi kami baru
di Pulau Jawa dan Bali,'’ katanya.
Seberapa besar Mie Sedap bisa mengambil pangsa pasar yang tersedia,
Rudy belum bisa menjawab. ‘’Kami masih pemula. Sedangkan Indofood adalah
pemain lama yang saat ini menguasai 75% pangsa pasar mi instan. Sisanya 25%
dikeroyok merek-merek lain. Tapi saya optimistis, Mie Sedap bisa meraih
konsumen melalui strategi pemasaran dan promosi yang gencar.'’
Strategi awal Mie Sedap, menurut Rudy, antara lain bermain di harga
pasaran yang sangat ekonomis namun bumbu mi yang diberikan kelas premium.
Diberlakukan pula strategi klasik dengan memberi hadiah berupa piring dan gelas.
Hal utama lain yang tidak boleh diabaikan adalah distribusi. Meski masih berkutat
di Jawa dan Bali, namun pendistribusian produk diusahakan merata dari tingkat
grosir sampai tim motor yang menjelajahi warung-warung kecil.
Strategi itu didukung iklan yang cukup gencar, baik tematik, iklan produk,
maupun versi testimoni. Menurut Rudy, ada satu hal yang belum pernah
dilakukan oleh kompetitor. Misalnya, menyuruh orang sebanyak-banyaknya
mencoba Mie Sedap yang dilakukan di mal, tempat wisata, kampus secara gratis.
9‘’Dengan cara itu, kami bisa memperoleh umpan balik langsung berupa kritik,
saran, dan pujian,'’ paparnya.
Lebih jauh Rudy mengatakan, dana yang dikeluarkan perusahaan untuk
promosi Mie Sedap cukup besar. ‘’Saya enggan menyebutkan jumlah. Tapi yang
jelas cukup besarlah. Masyarakat dapat menilai sendiri berapa dana yang
dikeluarkan untuk iklan di delapan stasiun televisi, billboard di halte-halte
sepanjang Jawa-Bali, belum lagi kegiatan below the line,'’ tuturnya.
Ditanya tentang permintaan pasar terhadap Mie Sedap, Rudy mengatakan
sangat bagus. Bahkan saat ini produksinya belum bisa memenuhi permintaan
pasar. ‘’Masih banyak barang kosong di toko ataupun variannya tidak lengkap.
Padahal, reaksi pasar di luar dugaan. Perusahaan akan terus berusaha memenuhi
permintaan pasar dengan menambah kapasitas produksi dan distribusi lebih
merata lagi,'’ tandasnya.
Di wawancara terpisah, Budianto, Presiden Direktur Sentrafood yang
memproduksi mi instan bermerek Salami, mengatakan meski persaingan ketat,
namun tetap ada peluang bagi pemain baru yang ingin menggarap pasar mi instan.
Salami sendiri, menurut Budianto, terus melakukan inovasi. Baru-baru ini
diluncurkan Salami rasa mi Jawa. ‘’Peluncuran itu sudah melalui riset mendalam.
Jadi tidak asal-asalan. Kami akan terus mengeluarkan produk-produk baru yang
belum pernah ada,'’ kata Budianto. Dia menambahkan, kini produknya mengambil
pasar mi instan kurang dari 10%.
Indofood tak bisa diam terlalu lama melihat agresivitas para pesaingnya.
Belakangan, aktivitas beriklan, varian anyar, hingga kegiatan lini bawah aktif
digelar demi mempertahankan pangsa pasar sekaligus gelar sang pemimpin.
Enam tahun lalu, Indofood masih menjadi penguasa mutlak pasar mie
instant Indonesia. Bayangkan, ketika itu Indofood menguasai sekitar 90% pangsa
pasar! Sebagai dominant market leader, Indofood sempat terlena me-maintain
pasarnya sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap
dari WingsFood dan Mie Kare dari Orang Tua Group.
Persaingan yang ”tiba-tiba” ketat ini menyebabkan Indofood kehilangan
pangsanya. Market share yang mencapai 90% itu pelan-pelan tergerogoti
10sehingga sekarang tinggal 70%. Penjualan Indofood tetap naik, namun ada
sebagian pasar – bisa jadi konsumen baru – yang direbut oleh merek baru.
Sehingga di pasar yang sebenarnya tumbuh, pertumbuhan pasar Indofood –
karena besarnya – tidak mampu mengimbangi pertumbuhan pasar secara total.
Menyadari hal ini, Indofood ”bangkit” dari tidurnya. Raksasa mie instant ini
mengerahkan seluruh brand-nya untuk bertahan dan mengembalikan market
share yang direbut kompetitor.
Indofood sebetulnya pernah bereaksi atas serangan Mie Sedaap dengan
meluncurkan Indomie Kriuk, varian baru Supermi Sedaaap, dan gimmick ”Beli 5
Gratis 1” dalam rentang waktu yang cukup panjang. Reaksi Indofood yang
cenderung impulsif ini dinilai para pengamat kurang strategis, terlalu pragmatis,
”terjebak permainan challenger”--kesalahan yang sering dilakukan oleh big
brands.
Tidak mau tersandung di batu yang sama untuk kedua kalinya, tahun ini
Indofood meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih
menunjukkan jati diri Indofood sebagai market leader. Hampir semua brand
dalam portfolio-nya disegarkan kembali dengan kampanye baru maupun
peluncuran produk baru. Indomie disegarkan dengan kampanye ”Selera
Nusantara” yang lebih modern. Sarimi lebih difokuskan untuk membendung
produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan meluncurkan produk Sarimi
Soto Koya yang di-endorse oleh Luna Maya.
Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan produk baru: mie
goreng rasa soto (GoSo), rasa bawang (GoBang), dan rasa kari (GoKar). Indofood
juga menggunakan Slank untuk meng-endorse Supermi—Supermi tampaknya
akan dijadikan brand unggulan kedua Indofood setelah Indomie yang
menyumbang hampir separuh omset divisi noodle Indofood. Akan halnya Pop
Mie, meskipun saat ini bisa dibilang melenggang sendiri tanpa head on
competitor, Indofood sudah mengantisipasinya dengan upaya building brand
melalui kampanye dan promosi di kalangan remaja.
Direktur Indofood Taufik Wiraatmadja membantah agresivitas Indofood
sebagai reaksi atau jawaban atas gencarnya program pemasaran kompetitor.
11”Kami tidak melihat kompetitor sebagai musuh. Kami melihat kompetitor sebagai
teman dalam usaha membesarkan pasar mi instant. Masing-masing juga punya
satu kesempatan untuk berinovasi,” kata Taufik diplomatis.
Agresivitas Indofood belakangan ini juga menjadi pembicaraan seru di
komunitas Mix-MarketingClub. Ada yang mengapresiasi, ada yang menilai
negatif, ada pula yang membandingkannya dengan action kompetitor. Seorang
marketer yang enggan mengungkapkan jati dirinya menilai brand concept Mie
Sedaap lebih baik. Iklan Mie Sedaap versi Titi Kamal yang menawarkan pesan
”mie yang bergizi,” katanya, jauh lebih cerdas dan berkonsep. “Anda bisa
bayangkan bagaimana kalau ternyata iklan tersebut mampu mengubah image
bahwa makan mie tidak sehat menjadi positive image. Hanya dengan
menambahkan kata 'bervitamin dan bergizi',” urai BrandMaker, demikian peserta
milis itu menyamarkan jati dirinya.
Padahal, lanjutnya, Indomie juga pernah mengusung tema kampanye
”bergizi” seperti yang dilakukan Mie Sedaap saat ini. Tapi Indomie tidak me-
maintain kampanye itu. BrandMaker mengkhawatirkan kemiripan target market—
yang dipresentasikan oleh talent iklan Supermi, Pop Mie—akan menyebabkan
terjadinya kanibalisme atau ”perang saudara” antara sesama brand Indofood.
Sementara itu, Harris Pranata Wijaya, pemasar yang turut berkomentar di
milis, beranggapan bahwa langkah Indofood mengepung Mie Sedaap sangat tepat.
Menurutnya, Indofood memiliki kelebihan dibanding Mie Sedaap dalam hal
brand portfolio. Indofood memiliki tiga brand utama, yaitu Indomie, Supermi, dan
Sarimi. Pop Mie tidak diitung karena konsepnya berbeda. Sementara WingFood,
hanya memiliki satu brand, Mie Sedaap.
Harris melihat brand portfolio Indofood dibuat bukan berdasar segmentasi
target market, melainkan berdasarkan segmentasi selera dan harga yang
diwujudkan dalam varian rasa. ”Kanibalisasi pasti akan terjadi. Tapi hasilnya
Indofood tetap akan unggul. Setidaknya, market share-nya tidak akan turun lagi,
malah mungkin akan meningkat,” ujar Harris memprediksi.
Kekhawatiran Indofood terhadap para pesaingnya sangat dimaklumi.
Menurut catatan MIX, pada 2002 Indofood masih menguasai pasar mie sebesar
1290%. Begitu Mie Sedap masuk pada Mei 2003, dengan rasa baru, harga
kompetitif, dan promo yang gebyar, pangsa pasar Indofood mulai goyah. Pada
2006 pangsa pasar Indofood turun, diperkirakan menjadi sekitar 75%--25%
sisanya diperebutkan oleh pesaingnya. Kini pangsa pasar Indofood tinggal 70%.
Menurut pemantauan MIX di sebuah minimarket di kawasan Depok, Jawa
Barat, Indomie merupakan produk mi instan paling laris (terjual 4-6 karton per
hari), diikuti oleh Mie Sedaap (2-4 karton per hari), Supermi (1 karton), Kare (1
karton), Sarimi (½ karton), dan Pop Mie (20 pieces per hari). Sedangkan produk
baru Supermi GoSo, GoBang, dan GoKar pada masa penetrasi ini terjual 2 karton
sehari. ”Di antara merek-merek tersebut, hanya Mie Kare yang sampai sekarang
masih melakukan promosi ”beli 10 dapat 1 mangkuk,” tutur Haidir, karyawan
bagian merchandising minimarket yang dalam sehari dikunjungi sekitar 500 orang
ini.
Indofood memang layak khawatir karena agresivitas pemasaran Mie
Sedaap sangat gencar. Tidak hanya di above the line, di tataran trade marketing
pun Mie Sedaap begitu intense. Ronald Sipahutar, moderator milis Marketing
Club, mengamati Mie Sedaap agresif mengakuisisi warung-warung Indomie siap
saji.
Sejatinya, Warung Indomie adalah salah satu channel Indofood yang
dibangun dan dikembangkan sekian lama. Indofood mengajarkan para pengelola
warung membuat Indomie, men-support warung-warung mereka dengan spanduk,
sekaligus memonitor ketersediaan produk Indomie di sana. ”Saat masih tinggal di
Jogja, saya masih menemukan warung-warung dengan sisa spanduk yang kumuh
bertuliskan 'Warung Indomie. Dan saat saya berbicara dengan pemilik warung,
dengan bangganya mereka mengatakan betapa bagusnya support Indomie saat
itu,” tutur Ronald.
Namun ketika Ronald menyambangi kembali Warung Indomie
langganannya, dia melihat warung tersebut juga mulai menjual Mie Sedaap—
walaupun, hanya beberapa bungkus. ”Saya juga melihat spanduk biru yang
bututnya sudah diganti dengan spanduk Warung Sedaap yang bagus dan kinclong.
Menurut pedagangnya, laku tidak laku Mie Sedaap-nya, dia diberikan insentif Rp
1350 ribu per bulan,” ungkap Ronald mulai menangkap gejala sebuah aktivitas
akuisisi sedang berlangsung. ”Semoga kali ini Indomie tidak tutup mata dan
terlambat bertindak. Kecepatan beraksi dan ketepatan bertindak adalah cara jitu
memukul market leader,” ucap Ronald mengingatkan.
Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan
Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan Pada
PT. Indofood Sukses Makmur, TBK. Dalam bauran pemasaran dikenal dengan
produk, harga, promosi, dan distribusi yang tujuannya untuk meningkatkan
penjualan. Promosi adalah kegiatan pemasaran yang sangat penting bagi
perusahaan untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen, sedangkan
distribusi merupakan proses pendistribusian produk dan jasa yang sesuai dan
terorganisir sehingga terjadi keefektifan penjualan.
Kegiatan promosi harus sejalan dengan rencana pemasaran yang diarahkan
dan dikendalikan untuk mengembangkan laju perusahaan. Promosi yang tidak
terkendali akan menurunkan tingkat penjualan, sehingga biaya yang dikeluarkan
untuk promosi merupakan pemborosan, sedangkan saluran distribusi dipakai oleh
semua perusahaan untuk memproduksi barang dengan kualitas yang baik, namun
banyak pula yang gagal memenuhi target pasarnya. Keadaan ini disebabkan oleh
kebijakan distribusi yang kurang tepat sehingga barang yang dihasilkan kurang
laku dipasar dan menyebabkan banyak konsumen merasa kurang puas. Dengan
demikian, saluran distribusi memeliki peranan penting bagi kelangsungan hidup
dan tumbuh perusahaan.
Saluran Distribusi
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan lepas dari masalah
penyaluran barang yang dihasilkan atau barang yang akan dijual ke konsumen.
Para produsen berhak menentukan kebijakan distribusi yang akan dipilih dan
disesuaikan dengan jenis barang serta luasnya armada penjualan yang akan
digunakan. Jika perusahaan berada dalam persaingan yang semakin tajam,
perusahaan harus segera mengadakan penelitian terhadap pasarnya. Penelitian
tersebut untuk mengetahui kebutuhan serta selera konsumen dan jika mungkin
menstimulir permintaan serta menciptakan langganan (Kotler, 2006). Ada
14beberapa alternatif yang mungkin dipilih penjual dalam mendistribusikan
produknya kepada konsumen, yaitu :
(1) manufaktur → konsumen,
(2) manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
(3) manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran → konsumen dan
(4) manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang eceran →konsumen
Promosi
Promosi merupakan aktivitas pemasaran untuk mengkomunikasikan
informasi tentang perusahaan dan produknya kepada konsumen sehinggga
menciptakan permintaan (Burnett, 2000). Untuk dapat mengkomunikasikan
produknya dengan efektif, perusahaan harus menentukan terlebih dahulu pasar
sasarannya (target market) dan mengkombinasikan dengan alat promosi seperti
periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung dan
tenaga penjual sedemian rupa sehingga konsumen dapat mengenal produk
perusahaan dan tertarik untuk membeli produk tersebut (Payne, 2000).
Visi Perusahaan dan Kegiatan Pemasaran
Visi Indofood Sukses Makmur, Tbk. Adalah menciptakan pilihan menjadi
penyedia utama makanan dan consumer products bermerek terkemuka bagi jutaan
consumen di Indonesia dan juga diberbagai penjuru dunia. PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk. Mempunyai 63 perusahaan termasuk anak cabangnya dengan
jaringan distribusinya meliputi lebih dari 350 depot dengan jumlah karyawan tetap
sampai dengan 31 Desember 2006 sebanyak 49.367 karyawan tetap dan 1200
kendaraan operasional.
kegiatan pemasaran memegang peranan sangat penting dalam menjual
produknya kepada masyarakat dengan cara :
(1) penjualan langsung, yaitu dilakukan dengan menggunakan armada penjualan
sendiri yang beroprsi di DKI Jakarta, Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi,
(2) penjualan tidak langsung, meliputi wilayah pemasaran di seluruh Indonesia.
Dilakukan lewat distributor lalu pengecer dan grosir baru ke konsumen akhir, dan
15(3) lewat promosi, melalui media cetak maupun elektronik.
Data Biaya promosi, biaya distribusi dan penjualan.
Tabel berikut adalah rekapitulasi data biaya promosi, biaya distribusi dan
penjualan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. dari tahun 1999 sampai tahun
2006. Untuk melihat perkembangan biaya promosi, dan biaya distribusi serta
tingkat penjualan dari tahun 1999 sampai dengan 2006 dijelaskan melalui tabel
dan grafik. Dengan menggunakan tabel maupun grafik dapat dilihat tingkat
kenaikan atau penurunan dari biaya promosi, distribusi maupun penjualan. Pada
tabel 1 terlihat bahwa perkembangan biaya promosi dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan. Tahun 1999 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan
17.09% tetapi pada tahun 2002 – 2003 mengalami penurunan sampai 4.4%
kemudian pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 18.8%. Pada tahun 2005
mengalami penurunan sebesar 5.66% dan akhirnya pada tahun 2006 mengalami
kenaikan sebesar 5.99%. perkembangan biaya distribusi yang mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2002 yang mengalami penurunan
sebesar Rp 31 milyar. Mengalami kenaikan maupun penurunan, misalnya pada
tahun 1999 – 2001 mengalami kenaikan sebesar 27.02%, sedangkan pada tahun
2002 mengalami penurunan yang drastis sebesar 34.04% kemudian tahun 2003
mengalami kenaikan sebesar 48.64%, tahun 2004-2005 mengalami penurunan
kembali sebesar 20.96% dan akhirnya pada tahun 2006 mengalami kenaikan
sebesar 38.67%.
perkembangan penjualan dari tahun ke tahun secara fluktuasi, baik dilihat
dari rupiah maupun persentasenya. Pada tahun 1999-2000 persentase penjualan
mencapai 23.42%, sedangkan pada tahun 2000-2001 mengalami penurunan
sampai dengan 11.66%. Selama tahun 2002-2003 mengalami kenaikan sebesar
11.83%, tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0.83%, tahun 2005 mengalami
kenaikan sebesar 3.06% dan pada akhir 2006 mengalami kenaikan sebesr 17.47%.
Perkembangan biaya promosi terlihat pada gambar 1, biaya distribusi terlihat pula
pada gambar 2 dan tingkat penjualan. Terlihat dengan jelas terjadinya kenaikan
dan penurunan dari tahun ke tahun. perbandingan antara biaya promosi, biaya
16distribusi dan tingkat penjualan. Hal ini semakin jelas terjadinya fluktuasi dari
tahun ke tahun.
Strategi Pemasaran
Dominasi PT Indofood Sukses Makmur Tbk begitu kuat walaupun sudah
terjadi pergeseran. Tahun 2002 Indomie menguasai sekitar 90% pasar mie instan,
tahun lalu menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merk mie instan
lainnya. Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul produk-
produk baru, seperti mie sedap milik PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup
dari kelompok Wings yang diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan
di Pulau Jawa dan Bali, namun namanya sudah mulai diperbincangkan di
kalangan pembeli di warung-warung, bahkan pasar swalayan.
Ketatnya persaingan produk mi instan disadari benar oleh manajemen PT
Indofood. Sumber yang tidak mau disebut namanya mengakui bahwa saat ini
penguasaan Indofood terhadap pasar mi instan menurun dari 90% menjadi 75%.
Meski terjadi penurunan penguasaan pasar, namun divisi mie instan tetap dapat
meraih kenaikan penjualan sebesar 6,6% menjadi Rp4,5 triliun dibanding Rp4,2
triliun pada periode yang sama 2002. Kenaikan itu antara lain dipengaruhi lebih
tingginya harga jual rata-rata. Selain itu, hingga saat ini divisi mi instan tetap
dapat mempertahankan volume penjualannya sebesar 7,3 miliar bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan
strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain
fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale,
scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and
cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya
dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin.
Teori-teori dari Strategi Pemasaran
Promosi
Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan
mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi
atau pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya.
Tujuan Promosi
171. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial
2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi persaingan pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang
diinginkan
Tujuan trnsaksional system pemasaran dalam strategi pemasaran adalah :
- Tingkat konsumsi masyarakat yang maksimum
- Tingkat kepuasan konsumen yang maksimum
- Tingkat pilihan konsumen yang maksimum
- Kualitas hidup konsumen yang maksimum
Aspek pemasaran yang meliputi kegiatan :
- Perencanaaan barang
- Penetapan harga
- Program promosi
- Saluran distribusi
Saluran distribusi
Pendistribusia adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar serta
mempermudah penyampaian produk dan jasa dari produsen kepada konsumen
sehimgga pengguna sesuai dengan yang di perlukan. Proses pendistribusian yang
merupakan strategi pemasaran :
- Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi pemasaran
- Memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik
18BAB III
PENUTUP
Perusahaan ingin mengetahui bagaimana proses keputusan pembelian mie
instan, agar menghasilkan analisis pemasaran yang cermat sehingga perusahaan
tidak dirugikan karena terjadinya kekeliruan dalam melakukan kegiatan
pemasaran. Oleh karena itu, perlu diketahui respon konsumen terhadap produk
miee instan tersebut. Untuk dapat menentukan respon konsumen, terlebih dahulu
perlu diidentifikasi faktor-faktor dalam proses keputusan. Mengetahui faktor-
faktor tersebut akan memudahkan perusahaan dalam mengambil langkah dalam
kegiatan pemasaran yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui tingkat
kepuasan dari konsumen mie instan terhadap kegiatan pemasaran yang telah
dilakukan perusahaan.
19Pasar mi instan di Indonesia memang menggiurkan. Ketergantungan
masyarakat Indonesia terhadap mi cepat saji ini cukup besar. Tidak heran jika dari
waktu ke waktu banyak perusahaan baru melirik pasar mi instan. tahun ini
Indofood meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih
menunjukkan jati diri Indofood sebagai market leader. Hampir semua brand
dalam portfolio-nya disegarkan kembali dengan kampanye baru maupun
peluncuran produk baru.
hingga saat ini Indomie yang diproduksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk
masih menguasai pasar. Dominasinya begitu kuat walaupun sudah terjadi
pergeseran. Jika 2002 Indomie menguasai sekitar 90% pangsa pasar mi instan,
tahun lalu menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merek mi instan
lainnya.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan
strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain
fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale,
scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and
cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya
dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin.
DAFTAR PUSTAKA
http://pinkgirl-diary.blogspot.com/2008/07/pemasaran-indofood.html
http://ada-apa-denganku.blogspot.com/2008/07/strategi-pemasaran
indofood_12.html
http://mix.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=116&Itemid=144
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/ekonomi-manajemen/respon-konsumen-
terhadap-mie-instan-produk-indofood-studi-kasus-di-pasar-atas-cimahi
http://scylics.multiply.com/journal/item/390
http://perfilman.pnri.go.id/files/08090902Sep31DidinMEditedVer2.pdf
http://tiaamalia.ngeblogs.com/2009/12/11/strategi-pemasaran-pt-indofood/
http://www.indofood.com/
20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar