"WELCOME to MUCHLIS's MARKATEGIC"... HAVING FUN ...

Jumat, 25 Juni 2010

Nokia,is Finnish strategy will be hit by US’s?


Berbicara tentang perusahaan multinasional yang menggunakan internet sebagai media komunikasinya mungkin kita akan dihadapkan pada pilihan yang agak kompleks karena jumlahnya yang besar. Melihat perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Amazon, Ebay, sampai Sony, Honda, dan lain sebagainya yang berjalan mulus di arena pertarungan global tidaklah heran jika mengetahui negara pendirinya. Nama-nama besar di atas dipelopori oleh negara-negara posindustri, alias negara maju yang rata-rata termasuk ke dalam G7, seperti USA dan Jepang.

Di sini saya mencoba memaparkan satu case study mengenai perusahaan besar yang bukan termasuk anggota G7, yang mungkin sedikit menampik mainstream ekonomi global yang ada saat ini. Tak banyak yang menyangka ketika mengetahui bahwa Nokia berasal dari Finlandia, salah satu negara di Skandinavia.

Finlandia merupakan negara di Eropa Utara yang berpenduduk 5,3 juta jiwa dengan luas wilayah 338.000 km persegi. GNP per kapita Finlandia sekitar EUR 31.700 di tahun 2006. Finlandia menempati urutan ke-11 pada ranking dunia dalam ‘proportion of workforce live in neighbouring countries’, dengan jumlah 37460 pada tahun 2005. Dilihat dari Gross National Product (GNP), Finlandia kalah dari dua negara skandinavia lainnya yaitu Norwegia yang menempati urutan kedua negara dengan GNP tertinggi dan Swedia di urutan 8 di tahun 2004. Walaupun Finlandia tidak termasuk ‘the world top 10 richest country’, menarik untuk membahas salah satu perusahaan globalnya yang bermain cukup cemerlang di kancah internasional.

Nama Nokia sendiri berasal dari nama sebuah sungai di Finlandia. Berawal dari tahun 1865 seorang insinyur pertambangan bernama Frederik Idestam yang membangun sebuah pabrik kertas di tempat penyimpanan yang berlokasi di dekat sungai Nokianvirta, Finlandia. Idestam memperoleh medali perunggu Paris World Exposition tahun 1867 untuk proses manufaktur yang ditemukannya dan dikenal sebagai Bapak Industro Kertas di Finlandia. Idestam menamai perusahaannya Nokia Ab pada 1871, dan ia menambahkan generasi elektronik pada aktivitas industrinya pada 1902.

Nokia sempat memproduksi televisi, telepon radio, peralatan data transfer, komputer, radio links dan analyzer, dan digital telephone exchange. Itu semua dilakukannya berkat kerja sama dengan Finish Cable Works dan Finish Rubber Works. Kemudian pada 1967 ketiga perusahaan tersebut melakukan merger secara formal untuk menciptakan Nokia Corporation. Pada saat itu,Nokia Corporation baru memiliki lima bisnis yaitu, karet, kabel, perhutanan, elektronik, dan pembangkit energi.

Mulai 1968 Nokia Corp merambah jalur ke mobile communication electronic. Era baru mobile phones dimulai pada 1981 saat didirikannya Nordic Mobile Telephone (NMT) service. Nokia terus mengembangkan industri telekomunikasinya namun bisnis lainnya tetap maju. Hingga pada tahun 1991 Perdana Menteri Finlandia Harri Holkeri menggunakan panggilan internasional GSM pertama dengan memakai perlengkapan Nokia. Hal itu disebut-sebut sebagai titik tolak Nokia untuk berkiprah di kancah internasional.

Sejak Jorma Ollila diangkat menjadi CEO dan presiden Nokia pada 1992, perusahaan tersebut membuat satu keputusan strategik yang cukup krusial : memfokuskan pada bisnis telekomunikasi. Kini bisnis utama Nokia adalah membuat mobile phones membuat telecomunication systems. Hampir berturut-turut Nokia meluncurkan berbagai produknya dalam kurun waktu 2 tahun seperti Nokia 1011 GSM handset pertama, Nokia 2100 dengan Nokia Tune pertama, dan Nokia 6110 dengan Snake game pertama.

Pada 1998 Nokia memimpin dalam mobile phones sedunia. Ber-headquarter di Espoo, Finlandia, Nokia sempat mengalami peningkatan sales yang drastis antara tahun 1996 – 2001 yaitu hampir 5 kali lipat dari EUR 6,5 miliar ke EUR 31 miliar. Nokia sudah melihat kenaikan sales dari tahun 1992 yang tersebar di Amerika Selatan, Amerika Utara, dan Asia pasifik.

Saat ini Nokia terbagi atas 4 bidang :

· Mobile Phones

· Multimedia

· Enterprise Solution

· Nokia Siemens Network (konsolidasi dengan Siemens, dibuat sejak CEO dan presiden Nokia berganti menjadi Olli-Pekka Kalasvuo pada 1996).

Pada 2007 lalu, Nokia mengalami peningkatan net sales (penjualan bersih) sebesar 34% ke angka EUR 15.7 miliar pada quarter ke-4, dengan rincian sebagai berikut :

* Mobile Phones 5% ke angka EUR 7.4 miliar (dari EUR 7.1 miliar di tahun akhir 2006)
* Multimedia 42% ke angka EUR 30 miliar (dari EUR 2.1 miliar)
* Enterprise Solutions sebesar 120% ke angka EUR 670 miliar (dari EUR 305 miliar)
* Nokia Siemens Network memperoleh net sales sebesar EUR 4.6 miliar

Kenaikan sales tersebut diikuti oleh kenaikan operating profit 2007 sebesar 64% ke angka EUR 2.5 miliar dari EUR 2.1 miliar di tahun sebelumnya. Kemudian profit penjualan sebelum kena pajak dan minority interest sebesar EUR 2573 juta (naik dari EUR 1568 juta) , dan net profit berjumlah EUR 1835 juta (naik dari EUR 1273 juta). Financial income juga naik dari EUR 44 juta ke angka EUR 64 juta.

Angka sales yang besar dihasilkan dari meledaknya pasar di Asia Pasifik terutama India dan China sebesar 36%. Namun didukung juga oleh kenaikan angka penjualan di Eropa sebesar 28%. Tetapi angka penjualan bergerak turun di wilayah Amerika Utara sebesar 21%.

Berdasarkan estimasi pasar newstrendaz.com, market share Nokia pada akhir tahun 2007 lalu mencapai 40% dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar 36%, angka ini menunjukkan Nokia masih menjadi market leader mobile phones di dunia. Nokia mengalami kenaikan market share dari tahun ke tahun kecuali di Amerika Utara dan Amerika Latin. Hal ini berkaitan erat dengan turunnya angka penjualan di wilayah ini yang mengakibatkan turunnya average sales price (ASP) atau harga jual rata-rata Nokia dari EUR 89 di tahun 2006 ke EUR 83 di 2007 . Penurunan ini disebabkan oleh banyaknya merek-merek mobile phones lain yang bermunculan yang dengan cepat memakan market share Nokia di beberapa wilayah tersebut dan melemahnya nilai US dolar.

Motorola (AS) dan Samsung (Korea) termasuk dua nama yang sering disebut pada rapat-rapat dewan direksi Nokia. Dua perusahaan mobile phones ini mendorong Nokia untuk mengeluarkan lebih banyak kocek untuk memasarkan produknya. Seperti Motorola yang telah memukul berat Nokia dengan mengurangi total market share Nokia. Nokia cukup disadarkan dengan penurunan sales-nya, oleh karena itu mereka mengeluarkan Nokia N-series dengan harapan dapat mengembalikan pelanggan yang tercuri perusahaan lain.

Namun ternyata usut punya usut, Motorola dengan nama-nama uniknya seperti MotoRazr, MotoSlvr, MotoRizr, dan Motokrzr mampu mencuri perhatian pembeli. Dari awal Nokia menyadari bahwa Nokia bukan bermain di area itu, melainkan menekankan pada jumlah seri yang dikeluarkan. Terlihat bahwa setiap bulannya Nokia mampu mengeluarkan lebih dari 5 seri sekaligus. Salah satu upaya meningkatkan sales adalah keluaran Nokia N-series yang dilengkapi dengan beragam fitur canggih dan lengkap. Namun anehnya, Motorola yang tidak dilengkapi fitur seperti itu tetap saja diminati konsumen.

Maka Nokia berupaya keras menembakkan strategi pemasaran jitu untuk merangkul lagi para konsumen. Terlihat dari iklan Nokia yang jumlahnya meningkat, baik cetak maupun elektronik sampai online. Tentu kita sering melihat iklan Nokia bertabur di situs-situs yang sering dikunjungi yang sesuai target marketnya. Kemudian dengan mengadakan event-event launching di beberapa tempat sesuai region. Sedangkan Motorola tidak melakukan pemasaran yang segencar ini, karena strateginya cukup sederhana dengan membuat nama-nama unik pada setiap keluaran mobile phone-nya. Seperti contoh iPhone dari Apple yang dengan mudah mencuri perhatian konsumen tanpa harus mengeluarkan banyak biaya promosi.

Nokia sendiri berpijak dengan visi “a world where everyone can be connected”. Mereka sadar akan kebutuhan komunikasi dan berbagi setiap manusia, maka mereka fokus dalam menyuguhkan konsumen dengan very human technology yang menyenangkan, intuitif, dan indah. Dengan mengembangkan strategi yang menitikberatkan pada growing (tumbuh), transforming (mengubah), dan building (membangun), diharapkan bisnis Nokia akan dihadapkan dengan masa depan yang cerah.

Nokia memiliki 4 strategi bisnis, yaitu Lead and win device, grow consumer internet service, accelerate adoption in business solutions and leverage scale and transform to solution in infrastructure. Bisnis ini akan dijalankan sesuai kapabilitas Nokia sebagai perusahaan yang berkiprah di internasional selama lebih dari setengah abad.

Strategi pemasaran Nokia beranjak dari pendekatan mereka kepada konsumen dengan tujuan meyakinkan konsumen bahwa mereka mempunyai budaya dan cara kerja yang baik. Bila dikaitkan kembali dengan kasus pada Nokia-Motorola, Nokia mendapat pelajaran marketing yang cukup berharga bahwa penamaan produk mereka ternyata cukup penting, mengingat berbagai strategi yang dilakukan ternyata tidak memperlihatkan perubahan yang signifikan. Suatu waktu salah satu petinggi perusahaan Finlandia tersebut memberitahu kantor berita Reuters bahwa mungkin Nokia akan mengikuti jejak Motorola untuk menamakan produk mobile phones mereka dengan nama yang lebih menarik. Hal tersebut cukup menarik, sebab kita semua akan melihat kelangsungannya ; apakah benar strategi AS alias Motorola lebih baik dibandingkan strategi Finlandia alias Nokia yang bukan negara G7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar